Wednesday, January 30, 2008

Menikmati Kembang Api Malam Tahun Baru di Aloha Tower

SEPERTI tahun tahun sebelumnya, setiap datangnya tahun baru selalu dihiasi dengan atraksi kembang api. Dan atraksi yang seolah identik dengan datangnya tahun baru ini selalu mendapat perhatian dari masyarakat setempat serta para turis yang datang ke Hawaii. Di Oahu pulau dimana saya tinggal, atraksi kembang api terutama di gelar di dua tempat yaitu di Waikiki dan Aloha Tower. Sementara untuk menikmatinya orang-orang selain datang ke dua tempat tersebut juga ke Magic Island atau Ala Moana beach dimana kita dapat memandang kembang api yang diluncurkan dari Waikiki dan Aloha Tower sekaligus karena tempatnya yang strategis berada di antara dua tempat tersebut.

Sebagai pehobi fotografi dan penikmat wisata, saya tak pernah melewatkan kesempatan emas ini. Dua tahun sebelumnya yaitu tahun baru 2006 dan 2007, berturut-turut saya menikmati kembang api tahun baru dari Magic Island dan dari pantai Waikiki. Dan perayaan tahun baru 2008 ini saya melewatinya di Aloha Tower.

Perjalanan dimulai dari Hale Manoa dorm, asrama mahasiswa dimana saya tinggal. Saat itu waktu tepat menunjukkan pukul 10.30 malam, saya bersama dengan seorang teman meluncur menggunakan sepeda onthel dengan tujuan Aloha Tower. Sebetulnya agak gamang juga untuk jalan keluar malam itu setelah seharian Honolulu selalu diguyur hujan deras dan baru berhenti sejam sebelum saya akhirnya memutuskan untuk pergi.

Di sepanjang perjalanan tak henti-hentinya saya dengar suara letusan mercon dan kilatan kembang api yang meledak di udara yang disulut oleh warga setempat. Mirip seperti suasana tahun baru di Indonesia. Bedanya disini warga tidak sembarangan melempar mercon atau menyulut kembang api di jalanan. Paling banter di trotoar atau di jalan-jalan yang sepi pengendara. Ukuran mercon yang digunakan juga relatif kecil, mirip seperti petasan yang digunakan saat tradisi pesta perkawinan di Betawi atau kalau orang jawa bilang ‘mercon renteng’. Ada juga kembang api ’sos dor’ yang meluncur ke atas dan meledak di udara dengan mengeluarkan kilatan cahaya warna-warni.

Disini menyulut kembang api memang tidak boleh sembarangan, hal ini karena kembang api bisa menimbulkan kebakaran yang menjadi momok bagi warga setempat yang kebanyakan rumah-rumahnya terbuat dari kayu dan sudah tentu gampang sekali terbakar. Di Waikiki dan Aloha Tower, kembang api diluncurkan dari sebuah tug boat yang mengapung kurang lebih 200 meter dari bibir pantai.

Akhirnya setelah 1 jam mengayuh sepeda sambil mengambil beberapa foto sepanjang perjalanan sampailah saya di Aloha Tower. Aloha Tower sesungguhnya adalah menara pengamat berlantai 10 yang dibangun pada tahun 1926. Dari atas menara petugas pelabuhan bisa mengamati kapal-kapal yang datang merapat. Pada jamannya menara ini menjadi landmark di pelabuhan untuk menyambut kedatangan penumpang dari kapal-kapal yang mendarat di Honolulu. Ketika pesawat terbang mulai ramai, pelabuhan menjadi sepi dan Aloha Tower kehilangan pamornya hingga akhirnya dibangunlah pusat perbelanjaan atau market place di sekitar tower untuk mengangkat pamor Aloha Tower dan melestarikannya sebagai bagian dari sejarah Hawaii dan landmark downtown Honolulu.

Saat ini Aloha Tower digunakan sebagai menara pengamat bagi turis layaknya Monas di Jakarta. Ke empat buah jam yang tergantung di keempat sisi menara masih difungsikan, mengingatkan saya akan Jam Gadang di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Di puncaknya tertanam beberapa antena untuk alat komunikasi serta tiang bendera setinggi 40 kaki atau kira-kira setara dengan 12 meter. Persis di atas jam terdapat tulisan ‘ALOHA’, kata yang sangat populer di Hawaii mempunyai makna keramah tamahan, ucapan selamat datang atau selamat tinggal, juga bermakna persahabatan dan cinta kasih.

Ada sekitar seribu orang yang datang malam itu, parkir mobil lumayan penuh sampai ke jalan-jalan. Beberapa yang tinggal di apartemen sekitar downtown lebih memilih berjalan kaki, ada juga yang bersepeda seperti saya. Kebanyakan mereka memilih untuk melihat dari dalam kompleks market place sambil menikmati live musik dan lebih terlindung bila suatu saat hujan. Sementara yang berkocek tebal menikmatinya dari sebuah kapal pesiar tiga lantai yang bersandar di salah satu sudut pelabuhan. Sementara sekelompok kecil lainnya termasuk saya lebih memilih untuk duduk-duduk di alam terbuka di sebuah taman kecil di sebelah tempat parkir yang berada persis di bibir pantai. Banyak juga saya lihat beberapa orang datang sekeluarga dengan anak-anak mereka bahkan yang masih balita. Ini memang pemandangan yang biasa terjadi disini, saya sering menjumpai bayi yang baru berumur beberapa hari sudah di ajak jalan-jalan keluar rumah, hal yang sangat jarang bisa kita jumpai di budaya kita yang menganggap tabu membawa bayi yang baru lahir jalan-jalan keluar rumah, paling banter berjemur di pagi hari itupun hanya di depan rumah. Tapi wajar memang, disini udaranya relatif bersih apalagi udara pantainya yang katanya sehat untuk pernafasan.

“10 menit lagi kembang api akan diluncurkan” begitu bunyi pengumuman dari salah satu petugas. Beberapa orang pun sibuk menyiapkan kamera dan mengambil posisi yang strategis. Sementara sekitar 200 meter dari tempat saya berdiri, ditengah laut telah siap sebuah tug boat yang menyeret perangkat peluncur kembang api dengan dihiasi lampu-lampu flash berkelap-kelip.

Begitu waktu tepat menunjukkan pukul 00.00 waktu Hawaii atau pukul 17.00 WIB tanggal 1 Januari 2008, meluncurlah ratusan kembang api dari tengah laut ke udara yang saat itu berlangit cukup cerah meski sedikit berawan . Beberapa orang sibuk mengambil foto-foto termasuk saya dan beberapa lainnya bersorak-sorai sambil meniup terompet. Ada juga yang diam sambil menikmati keindahan setiap kembang api yang meluncur dan meledak di udara yang menghiasi langit dengan cahaya warna warni, barangkali juga sambil berdoa semoga tahun 2008 bisa membawa kedamaian bagi semua umat manusia dan sudah tentu bisa lebih baik di segala bidang dari tahun sebelumnya. 10 menit pun berlalu dan atraksi kembang api telah sampai pada akhir, orang-orang kemudian berlalu untuk pulang ke rumah masing-masing atau begadang sampai pagi di tempat-tempat hiburan malam. [Agung Nugroho]